Kabupaten Solok, terbetik.com-Universitas Andalas membangun musala di atas awan. Tepatnya di puncak Gunung Talang. Rektor Universitas Andalas, Prof. Yuliandri meresmikan musala di lereng Gunung Talang, Kabupaten Solok secara virtual pada Minggu (14/2) dengan ketinggian sekitar 2.597 meter di atas permukaan laut.
Yuliandri mengapresiasi Mapala Unand yang telah mengisiasi pembangunan musala ini. “Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Andalas luar biasa hebat,” ujar Yuliandri.
Yuliandri mengatakan tidak mudah untuk membuat musala di medan yang berat. Tak mudah juga membawa material ke lokasi yang terletak di ketinggian 2.597 meter dari permukaan laut. Menurutnya, peresmian musala ini tentu memiliki makna mendalam yang dapat digunakan oleh para pendaki nantinya untuk beribadah di samping menikmati puncak gunung talang tentunya.
Yuliandri meminta masyarakat, terutama pecinta alam untuk menjaga dan merawat musala ini dengan sebaik-baiknya dan juga mengucapkan terima kasih pada wali nagari yang telah membantu mahasiswa dan pecinta alam, semoga jadi amal ibadah dan dikenang sepanjang massa
Pembina Mapala Unand, Dr. Wilson Maverino yang turut melakukan pendakian mengatakan musala ini dibangun dari bahan rangka baja dengan genteng dari metal dan memiliki luas 2,4×3,5 m serta berlantai vinyl. “Posisinya berada di alun-alun gunung talang yang kerap disebut lapangan bola diketinggian lebih kurang 2.500, beberapa meter sebelum menuju puncak gunung talang,” ujar Wilson.
Ada yang menarik dari musala ini, selain berada di tempat tertinggi, sekeliling musala oleh hamparan bunga edelwiess. “Untuk tempat berwudhu sudah dicarikan sumber air yang baru sehingga kebersihannya tetap terjamin,” jelas Wilson.
Sementara itu, Ketua Mapala Unand, Farhan Furqoni mengatakan pendirian Musala ini diinisiasi semenjak Desember 2020 lalu, sedianya akan dibangun saat pergantian tahun di Gunung Talang. “Namun lantaran larangan mendaki yang dikeluarkan pemerintah daerah pegerjaannya jadi tertunda,” ujar Farhan.
Pembangunan musala ini tidak hanya mendapatkan apresiasi dari pendaki tetapi juga dari Pokdarwis Kampuang Aie Batumbuak dan Wali Nagari setempat. Masyarakat terlibat penuh dalam membawa material bangunan hingga ke atas gunung.(Zal)